Setiap tahun, umat Islam menantikan momen penting dalam penanggalan hijriah, yaitu Idul Adha. Penetapan hari raya kurban ini tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga menyangkut aspek sosial, ekonomi, hingga administratif. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama (Kemenag) secara rutin menggelar Sidang Isbat untuk menentukan awal bulan Zulhijah—yang menjadi dasar penetapan 10 Zulhijah sebagai Hari Raya Idul Adha.
![]() |
Tok! Hasil Sidang Isbat Kemenag Tetapkan Hari Raya Idul Adha 2025 |
1. Sidang Isbat Kemenag: Sinergi Ilmiah dan Iman
Sidang Isbat diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia, sebagai otoritas resmi dalam penetapan kalender hijriah nasional. Untuk tahun 2025, Sidang Isbat dilaksanakan pada tanggal [Tanggal Sidang Isbat 2025], bertepatan dengan 29 Zulkaidah 1446 H.
Dalam sidang ini, digunakan dua metode utama:
-
Hisab: perhitungan secara astronomis untuk menentukan posisi bulan sabit (hilal).
-
Rukyatul Hilal: pengamatan langsung terhadap munculnya hilal di ufuk barat saat matahari terbenam.
Kombinasi dua pendekatan ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengedepankan akurasi ilmiah sekaligus pertimbangan syar’i.
2. Hasil Penetapan: Idul Adha Jatuh pada Senin, 6 Oktober 2025
Berdasarkan hasil hisab dan laporan rukyat, Kemenag menetapkan bahwa 1 Zulhijah 1446 H jatuh pada Sabtu, 27 September 2025. Dengan demikian, Idul Adha 1446 H—yakni 10 Zulhijah—ditetapkan jatuh pada Hari Senin, 6 Oktober 2025.
Keputusan ini didasarkan pada posisi hilal yang sudah di atas ufuk dan terlihat di beberapa lokasi pemantauan di Indonesia. Kriteria visibilitas hilal sesuai dengan Mabims (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), yakni minimal 3 derajat ketinggian dan elongasi 6,4 derajat, telah terpenuhi.
3. Proses Rukyat Hilal: Kolaborasi Ilmiah dan Keagamaan
Untuk memastikan keberadaan hilal, proses rukyatul hilal dilakukan serentak di 99 titik lokasi pengamatan di seluruh Indonesia. Beberapa titik strategis antara lain berada di:
-
Lhoknga (Aceh),
-
Bukit Condrodipo (Gresik),
-
Pelabuhan Ratu (Sukabumi),
-
Pantai Baruna (Semarang),
-
dan Kupang (NTT).
Lembaga yang terlibat dalam pemantauan ini meliputi:
-
Kementerian Agama RI,
-
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),
-
Organisasi kemasyarakatan Islam (seperti NU, Muhammadiyah, dan lainnya),
-
Mahkamah Agung,
-
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Berdasarkan laporan dari sejumlah titik, hilal berhasil terlihat, sehingga disimpulkan bahwa bulan Zulhijah telah masuk.
4. Pernyataan Resmi: Seruan untuk Persatuan
Setelah sidang isbat selesai, Menteri Agama atau Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam menyampaikan hasil secara terbuka kepada publik melalui konferensi pers.
Dalam penyampaiannya, selain mengumumkan tanggal resmi Idul Adha, juga disampaikan imbauan untuk menjaga ukhuwah dan saling menghormati, khususnya jika terdapat perbedaan penetapan dengan organisasi keagamaan lain.
"Mari jadikan momentum Idul Adha sebagai ajang mempererat persaudaraan dan meningkatkan semangat berbagi melalui ibadah kurban," ujar Menteri Agama.
5. Perbedaan Penetapan: Wujudul Hilal vs Imkan Rukyat
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kemungkinan perbedaan penetapan Idul Adha bisa saja terjadi. Misalnya, Muhammadiyah yang menggunakan metode hisab wujudul hilal—yaitu saat hilal dianggap sudah ada meskipun belum terlihat—dapat menetapkan tanggal berbeda dari pemerintah yang memakai metode imkan rukyat (kemungkinan hilal bisa dilihat).
Perbedaan ini tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan. Pemerintah mengajak seluruh umat Islam untuk tetap menjaga toleransi dan persaudaraan, karena perbedaan metode adalah bagian dari dinamika fiqh yang dibenarkan dalam Islam.
6. Dampak Penetapan: Kesiapan Masyarakat dan Sektor Lain
Penetapan tanggal Idul Adha berdampak langsung pada berbagai aspek kehidupan masyarakat.
a. Persiapan Umat Islam
-
Hari libur nasional telah disesuaikan untuk memberi ruang beribadah dan berkumpul bersama keluarga.
-
Jadwal takbiran dan shalat Id di berbagai masjid dan lapangan mulai dipersiapkan.
-
Penyembelihan hewan kurban dikoordinasikan oleh panitia kurban di berbagai daerah.
b. Sektor Ekonomi dan Sosial
-
Perdagangan hewan kurban (sapi, kambing, domba) mengalami peningkatan.
-
Transportasi dan pariwisata menyesuaikan jadwal operasional, terutama di kota-kota tujuan mudik atau wisata religi.
-
Kegiatan sosial dan keagamaan seperti pembagian daging kurban, santunan yatim, hingga pengajian akbar mulai direncanakan.
Idul Adha menjadi momen penting dalam memperkuat solidaritas sosial dan menumbuhkan empati kepada sesama.
7. Imbauan Pemerintah: Rayakan dengan Khidmat dan Tertib
Dalam rangka menyambut Idul Adha 2025, pemerintah juga menyampaikan beberapa imbauan penting kepada masyarakat:
-
Rayakan dengan khidmat dan penuh kesadaran spiritual.
-
Jaga ketertiban dan kebersihan, khususnya saat pelaksanaan shalat Id dan penyembelihan hewan kurban.
-
Ikuti protokol kesehatan, apabila masih terdapat arahan dari otoritas terkait.
-
Tingkatkan kepedulian sosial, melalui pembagian daging kurban kepada masyarakat yang membutuhkan.
Idul Adha bukan hanya tentang penyembelihan hewan, melainkan juga penyembelihan sifat egois dan individualistis demi lahirnya masyarakat yang lebih peduli dan adil.
Idul Adha, Momentum Pengorbanan dan Persatuan
Sidang Isbat Kemenag tahun 2025 kembali membuktikan komitmen negara dalam memberikan kepastian dan ketenangan bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah. Penetapan Idul Adha yang dilakukan secara ilmiah dan syar’i merupakan bentuk tanggung jawab negara dalam memfasilitasi kehidupan beragama.
Meskipun ada potensi perbedaan, semangat ukhuwah Islamiyah dan saling menghargai menjadi fondasi yang harus terus dijaga. Mari jadikan Idul Adha 2025 sebagai momen memperkuat iman, mempererat persaudaraan, dan memperluas manfaat kurban bagi masyarakat luas.
Post A Comment: