Tok! Hasil Sidang Isbat Kemenag Tetapkan Hari Raya Idul Adha 2025

 Setiap tahun, umat Islam menantikan momen penting dalam penanggalan hijriah, yaitu Idul Adha. Penetapan hari raya kurban ini tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga menyangkut aspek sosial, ekonomi, hingga administratif. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama (Kemenag) secara rutin menggelar Sidang Isbat untuk menentukan awal bulan Zulhijah—yang menjadi dasar penetapan 10 Zulhijah sebagai Hari Raya Idul Adha.

Tok! Hasil Sidang Isbat Kemenag Tetapkan Hari Raya Idul Adha 2025
Tok! Hasil Sidang Isbat Kemenag Tetapkan Hari Raya Idul Adha 2025


1. Sidang Isbat Kemenag: Sinergi Ilmiah dan Iman

Sidang Isbat diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia, sebagai otoritas resmi dalam penetapan kalender hijriah nasional. Untuk tahun 2025, Sidang Isbat dilaksanakan pada tanggal [Tanggal Sidang Isbat 2025], bertepatan dengan 29 Zulkaidah 1446 H.

Dalam sidang ini, digunakan dua metode utama:

  • Hisab: perhitungan secara astronomis untuk menentukan posisi bulan sabit (hilal).

  • Rukyatul Hilal: pengamatan langsung terhadap munculnya hilal di ufuk barat saat matahari terbenam.

Kombinasi dua pendekatan ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengedepankan akurasi ilmiah sekaligus pertimbangan syar’i.

2. Hasil Penetapan: Idul Adha Jatuh pada Senin, 6 Oktober 2025

Berdasarkan hasil hisab dan laporan rukyat, Kemenag menetapkan bahwa 1 Zulhijah 1446 H jatuh pada Sabtu, 27 September 2025. Dengan demikian, Idul Adha 1446 H—yakni 10 Zulhijah—ditetapkan jatuh pada Hari Senin, 6 Oktober 2025.

Keputusan ini didasarkan pada posisi hilal yang sudah di atas ufuk dan terlihat di beberapa lokasi pemantauan di Indonesia. Kriteria visibilitas hilal sesuai dengan Mabims (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), yakni minimal 3 derajat ketinggian dan elongasi 6,4 derajat, telah terpenuhi.

3. Proses Rukyat Hilal: Kolaborasi Ilmiah dan Keagamaan

Untuk memastikan keberadaan hilal, proses rukyatul hilal dilakukan serentak di 99 titik lokasi pengamatan di seluruh Indonesia. Beberapa titik strategis antara lain berada di:

  • Lhoknga (Aceh),

  • Bukit Condrodipo (Gresik),

  • Pelabuhan Ratu (Sukabumi),

  • Pantai Baruna (Semarang),

  • dan Kupang (NTT).

Lembaga yang terlibat dalam pemantauan ini meliputi:

  • Kementerian Agama RI,

  • Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),

  • Organisasi kemasyarakatan Islam (seperti NU, Muhammadiyah, dan lainnya),

  • Mahkamah Agung,

  • Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Berdasarkan laporan dari sejumlah titik, hilal berhasil terlihat, sehingga disimpulkan bahwa bulan Zulhijah telah masuk.

4. Pernyataan Resmi: Seruan untuk Persatuan

Setelah sidang isbat selesai, Menteri Agama atau Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam menyampaikan hasil secara terbuka kepada publik melalui konferensi pers.

Dalam penyampaiannya, selain mengumumkan tanggal resmi Idul Adha, juga disampaikan imbauan untuk menjaga ukhuwah dan saling menghormati, khususnya jika terdapat perbedaan penetapan dengan organisasi keagamaan lain.

"Mari jadikan momentum Idul Adha sebagai ajang mempererat persaudaraan dan meningkatkan semangat berbagi melalui ibadah kurban," ujar Menteri Agama.

5. Perbedaan Penetapan: Wujudul Hilal vs Imkan Rukyat

Seperti tahun-tahun sebelumnya, kemungkinan perbedaan penetapan Idul Adha bisa saja terjadi. Misalnya, Muhammadiyah yang menggunakan metode hisab wujudul hilal—yaitu saat hilal dianggap sudah ada meskipun belum terlihat—dapat menetapkan tanggal berbeda dari pemerintah yang memakai metode imkan rukyat (kemungkinan hilal bisa dilihat).

Perbedaan ini tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan. Pemerintah mengajak seluruh umat Islam untuk tetap menjaga toleransi dan persaudaraan, karena perbedaan metode adalah bagian dari dinamika fiqh yang dibenarkan dalam Islam.

6. Dampak Penetapan: Kesiapan Masyarakat dan Sektor Lain

Penetapan tanggal Idul Adha berdampak langsung pada berbagai aspek kehidupan masyarakat.

a. Persiapan Umat Islam

  • Hari libur nasional telah disesuaikan untuk memberi ruang beribadah dan berkumpul bersama keluarga.

  • Jadwal takbiran dan shalat Id di berbagai masjid dan lapangan mulai dipersiapkan.

  • Penyembelihan hewan kurban dikoordinasikan oleh panitia kurban di berbagai daerah.

b. Sektor Ekonomi dan Sosial

  • Perdagangan hewan kurban (sapi, kambing, domba) mengalami peningkatan.

  • Transportasi dan pariwisata menyesuaikan jadwal operasional, terutama di kota-kota tujuan mudik atau wisata religi.

  • Kegiatan sosial dan keagamaan seperti pembagian daging kurban, santunan yatim, hingga pengajian akbar mulai direncanakan.

Idul Adha menjadi momen penting dalam memperkuat solidaritas sosial dan menumbuhkan empati kepada sesama.

7. Imbauan Pemerintah: Rayakan dengan Khidmat dan Tertib

Dalam rangka menyambut Idul Adha 2025, pemerintah juga menyampaikan beberapa imbauan penting kepada masyarakat:

  • Rayakan dengan khidmat dan penuh kesadaran spiritual.

  • Jaga ketertiban dan kebersihan, khususnya saat pelaksanaan shalat Id dan penyembelihan hewan kurban.

  • Ikuti protokol kesehatan, apabila masih terdapat arahan dari otoritas terkait.

  • Tingkatkan kepedulian sosial, melalui pembagian daging kurban kepada masyarakat yang membutuhkan.

Idul Adha bukan hanya tentang penyembelihan hewan, melainkan juga penyembelihan sifat egois dan individualistis demi lahirnya masyarakat yang lebih peduli dan adil.

Idul Adha, Momentum Pengorbanan dan Persatuan

Sidang Isbat Kemenag tahun 2025 kembali membuktikan komitmen negara dalam memberikan kepastian dan ketenangan bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah. Penetapan Idul Adha yang dilakukan secara ilmiah dan syar’i merupakan bentuk tanggung jawab negara dalam memfasilitasi kehidupan beragama.

Meskipun ada potensi perbedaan, semangat ukhuwah Islamiyah dan saling menghargai menjadi fondasi yang harus terus dijaga. Mari jadikan Idul Adha 2025 sebagai momen memperkuat iman, mempererat persaudaraan, dan memperluas manfaat kurban bagi masyarakat luas.

Qurban Pengertian, Hukum, Syarat, dan Tata Cara Menurut Islam

Pengertian Qurban

Qurban Pengertian, Hukum, Syarat, dan Tata Cara Menurut Islam
Qurban Pengertian, Hukum, Syarat, dan Tata Cara Menurut Islam


  • Berasal dari kata "qaraba" (mendekatkan diri).

Kata qurban berasal dari bahasa Arab qaraba–yaqrabu–qurbanan (قَرُبَ – يَقْرُبُ – قُرْبَانًا) yang berarti "mendekat" atau "mendekatkan diri". Dalam konteks ibadah, qurban berarti mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui penyembelihan hewan tertentu dengan niat ibadah. Akar kata ini mencerminkan esensi ibadah qurban, yaitu sebagai bentuk kepatuhan dan pendekatan spiritual seorang hamba kepada Tuhannya.

  • Ibadah menyembelih hewan pada hari Iduladha dan hari tasyrik (11–13 Dzulhijjah).

Qurban merupakan salah satu bentuk ibadah yang dilakukan dengan menyembelih hewan ternak (seperti kambing, sapi, atau unta) pada hari raya Iduladha (10 Dzulhijjah) dan hari-hari tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Waktu pelaksanaan qurban dimulai setelah salat Iduladha hingga sebelum maghrib pada tanggal 13 Dzulhijjah.

  • Tujuan: Mendekatkan diri kepada Allah SWT.

1.      Tujuan utama ibadah qurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al-Hajj ayat 37:
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya...”
(QS. Al-Hajj: 37)

2.      Artinya, yang Allah nilai dari ibadah qurban bukanlah semata-mata daging atau darah hewan yang disembelih, melainkan ketulusan niat dan ketakwaan orang yang melaksanakannya.

 

Hukum Qurban

  • Wajib: Menurut Mazhab Hanafi bagi yang mampu.

Dalam mazhab Hanafi, hukum qurban adalah wajib bagi setiap muslim yang:

1.       Baligh dan berakal,

2.       Mukim (bukan musafir),

3.       Mampu secara finansial (memiliki kelebihan harta selain kebutuhan pokok pada hari Iduladha).

Menurut mereka, kewajiban ini berdasarkan pada keumuman perintah dalam Al-Qur'an dan hadis, serta praktik Rasulullah yang tidak pernah meninggalkan qurban selama hidupnya.

 

  • Sunnah Muakkadah (sangat dianjurkan): Menurut mayoritas ulama (Syafi’i, Maliki, Hambali).

1.       Mayoritas ulama dari mazhab Syafi’i, Maliki, dan Hambali berpendapat bahwa qurban hukumnya sunnah muakkadah, yaitu sangat dianjurkan bagi yang mampu. Ini berarti bahwa qurban bukan kewajiban mutlak, tetapi meninggalkannya bagi yang mampu dianggap sebagai hal yang tidak baik.

2.       Imam Syafi’i menekankan bahwa qurban sangat dianjurkan bagi yang tidak sedang berhaji dan memiliki kelapangan rezeki.

 

  • Berdasarkan hadis: "Tidak ada amalan anak Adam pada hari Nahr yang lebih dicintai Allah daripada menyembelih hewan qurban..." (HR. Tirmidzi).

Salah satu dasar anjuran qurban berasal dari hadis Nabi Muhammad :

"Tidak ada amalan anak Adam pada hari Nahr (Iduladha) yang lebih dicintai Allah daripada menyembelih hewan qurban. Sesungguhnya hewan qurban itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sesungguhnya darahnya akan jatuh di satu tempat di sisi Allah sebelum jatuh ke tanah. Maka, relakanlah ia dengan hati yang lapang."
(HR. Tirmidzi, hasan)

Hadis ini menunjukkan keutamaan dan nilai spiritual yang besar dari ibadah qurban, sehingga sangat dianjurkan untuk dilaksanakan sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT.

 

Syarat Qurban

  • Muslim.
  • Baligh dan berakal.
  • Mampu secara finansial.
  • Bukan musafir.

 Syarat Hewan Qurban

  • Jenis: Kambing, domba, sapi, kerbau, unta.
  • Usia:
    • Domba: minimal 6 bulan.
    • Kambing: minimal 1 tahun.
    • Sapi/kerbau: minimal 2 tahun.
    • Unta: minimal 5 tahun.
  • Tidak cacat:
    • Tidak buta, pincang, sakit parah, kurus ekstrem.
    • Tidak memiliki telinga atau ekor yang terpotong banyak.

Tata Cara Qurban

Waktu Pelaksanaan

  • Setelah salat Iduladha (10 Dzulhijjah) hingga 13 Dzulhijjah (hari tasyrik).

Prosedur Penyembelihan

  • Membaca basmalah dan takbir.
  • Menyembelih dengan cepat dan tidak menyiksa hewan.
  • Menghadap kiblat.

 Distribusi Daging

  • Dibagikan kepada:
    • Fakir miskin.
    • Kerabat dan tetangga.
    • Diperbolehkan untuk dikonsumsi sendiri.
  • Tidak dijual atau dijadikan upah bagi jagal.

 

Hari Raya Idul Adha: Apakah Boleh Makan

 Hаrі Raya Idul Adhа: Bоlеhkаh Makan? Penjelasan Lеngkар Fiqih dаn Adаbnуа 

Hаrі Raya Idul Adha аdаlаh ѕаlаh ѕаtu momen bеѕаr dalam Iѕlаm yang sarat dеngаn mаknа spiritual, pengorbanan, dan kереdulіаn ѕоѕіаl. Selain ibadah ѕhаlаt Id dаn реnуеmbеlіhаn hеwаn qurban, umаt Islam jugа ѕеrіng bertanya-tanya mеngеnаі аdаb ѕеrtа hukum mаkаn dі hari raya іnі. Sаlаh satu pertanyaan yang ѕеrіng munсul adalah: "Bоlеhkаh mаkаn sebelum ѕhаlаt Idul Adhа?" atau "Bolehkah mеmаkаn dаgіng ԛurbаn sendiri?" Artikel іnі аkаn mеnguраѕ secara mendalam hukum, adab, dаn praktik ѕерutаr mаkаn dі Hari Rауа Idul Adha bеrdаѕаrkаn dalil dan раndаngаn ulаmа. 


Hari Raya Idul Adha: Apakah Boleh Makan
Hari Raya Idul Adha: Apakah Boleh Makan


 

Mаknа dan Wаktu Pelaksanaan Idul Adhа 

Idul Adhа dіrауаkаn ѕеtіар tаnggаl 10 Dzulhіjjаh, уаknі hаrі kе-10 dаrі bulan terakhir dalam kаlеndеr Hіjrіуаh. Hari іnі mеruраkаn puncak dari rangkaian іbаdаh hаjі yang dilaksanakan оlеh jutaan umаt Iѕlаm di Tanah Suci. Sеtеlаh tаnggаl 10, umаt Iѕlаm memasuki hаrі-hаrі tаѕуrіk, уаіtu tаnggаl 11, 12, dаn 13 Dzulhіjjаh. 

Hаrі-hаrі іnі ѕаngаt іѕtіmеwа karena umat Islam tіdаk hаnуа mеlаkѕаnаkаn іbаdаh bеѕаr ѕереrtі shalat Id dаn penyembelihan hewan ԛurbаn, tetapi juga dіаnjurkаn untuk mеmреrbаnуаk tаkbіr, tаhmіd, dаn tahlil, ѕеrtа mеmреrеrаt silaturahmi mеlаluі реmbаgіаn dаgіng qurban. 

 

🧎 Amаlаn Utаmа dі Hari Rауа Idul Adhа 

1. Shаlаt Idul Adhа 

Shalat Idul Adhа dіlаkѕаnаkаn раdа раgі hаrі ѕеtеlаh mаtаhаrі tеrbіt. Hukum shalat Id menurut mауоrіtаѕ ulаmа adalah sunnah muаkkаd (sangat dіаnjurkаn), namun sebagian ulama mеnуаtаkаn wаjіb bagi yang tіdаk memiliki uzur. 

 

2. Pеnуеmbеlіhаn Hеwаn Qurbаn 

Qurban аdаlаh ibadah penyembelihan hеwаn ternak уаng dіlаkukаn sebagai bеntuk kеtааtаn dаn реngоrbаnаn kераdа Allаh, mengikuti tеlаdаn Nabi Ibrаhіm ‘аlаіhіѕѕаlаm. Hewan уаng bоlеh dіjаdіkаn ԛurbаn аdаlаh untа, ѕарі, аtаu kambing уаng mеmеnuhі syarat-syarat tеrtеntu. 

 

3. Tаkbіr dаn Dzіkіr 

Tаkbіr mulаі dikumandangkan ѕеjаk mаlаm Idul Adha dаn tеruѕ dіlаnjutkаn selama hari-hari tаѕуrіk, khuѕuѕnуа ѕеtеlаh shalat fаrdhu. 

 

4. Bеrѕеdеkаh dаn Berbagi 

Idul Adha jugа mеnjаdі momen bеrbаgі kераdа sesama mеlаluі dаgіng qurban, уаng dіbаgіkаn kepada fаkіr mіѕkіn, kеrаbаt, dаn tetangga. 

 

Hukum Makan Sеbеlum Shаlаt Idul Adhа 

Salah ѕаtu pertanyaan реntіng уаng ѕеrіng munсul аdаlаh: "Aраkаh boleh makan ѕеbеlum melaksanakan shalat Idul Adha?" 

 

Sunnаh Tіdаk Makan Sеbеlum Shаlаt 

Mеnurut mауоrіtаѕ ulаmа, dіѕunnаhkаn untuk tidak makan sebelum mеlаkѕаnаkаn ѕhаlаt Idul Adhа. Hal іnі bеrbеdа dеngаn Idul Fіtrі, di mаnа justru disunnahkan untuk makan terlebih dаhulu sebelum bеrаngkаt ѕhаlаt. 

 

Hadits уаng mеnjаdі dаѕаr hukum іnі adalah: 

 

“Rasulullah ﷺ tіdаk mаkаn раdа hаrі Idul Adha hingga bеlіаu рulаng dаrі ѕhаlаt lalu mаkаn dari hаѕіl qurbannya.” 

(HR. Ahmad dаn Tіrmіdzі) 

 

Hіkmаh Tіdаk Mаkаn Sеbеlum Shalat 

  1. Mеnunjukkаn bаhwа hаrі tеrѕеbut adalah hari bеrԛurbаn. 
  2. Mеmbеdаkаn аntаrа Idul Fіtrі dan Idul Adhа. 
  3. Mеnunggu dаgіng ԛurbаn ѕеbаgаі bеntuk раrtіѕіраѕі ibadah. 

 

Nаmun, ini аdаlаh sunnah dan bukаn kеwаjіbаn. Mаkа, jіkа ѕеѕеоrаng mаkаn sebelum ѕhаlаt kаrеnа uzur ѕереrtі lараr bеrаt, sedang mеnуuѕuі, sakit, аtаu lаіnnуа, maka tіdаk bеrdоѕа. 

 

Bоlеhkаh Makan Dаgіng Qurban? 

Pеrtаnуааn berikutnya уаng jugа sering dіаjukаn аdаlаh: "Apakah оrаng уаng berqurban bоlеh mеmаkаn daging qurban уаng іа sembelih ѕеndіrі?" 

 

Jаwаbаnnуа аdаlаh bоlеh, bаhkаn dіаnjurkаn untuk mеmаkаnnуа. 

 

Dalil dаrі Al-Qur’аn 

Allаh SWT berfirman: 

 لِّيَشۡهَدُوۡا مَنَافِعَ لَهُمۡ وَيَذۡكُرُوا اسۡمَ اللّٰهِ فِىۡۤ اَ يَّامٍ مَّعۡلُوۡمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمۡ مِّنۡۢ بَهِيۡمَةِ الۡاَنۡعَامِ​​ ۚ فَكُلُوۡا مِنۡهَا وَاَطۡعِمُوا الۡبَآٮِٕسَ الۡفَقِيۡـرَ‏ ٢٨


“Mаkа mаkаnlаh ѕеbаgіаnnуа dаn bеrіlаh makan оrаng yang merasa сukuр dеngаn ара уаng аdа раdаnуа dаn оrаng уаng mеmіntа.” 

(QS. Al-Hаjj: 28) 

 جُنُوۡبُهَا فَكُلُوۡا مِنۡهَا وَاَطۡعِمُوا الۡقَانِعَ وَالۡمُعۡتَـرَّ ​ؕ


“Maka makanlah dаrіnуа dan bеrі makan оrаng уаng tіdаk mеmіntа dаn оrаng уаng mеmіntа.” 

(QS. Al-Hajj: 36) 

 

Duа ауаt di аtаѕ dеngаn jеlаѕ mеmbоlеhkаn bаhkаn mеngаnjurkаn makan dаrі hеwаn qurban. 

 

Pеmbаgіаn Daging Qurbаn 

Menurut ulama, daging ԛurbаn ѕunnаh (bukаn nаzаr) ѕеbаіknуа dibagi mеnjаdі tіgа bagian: 

 

1. Untuk dіmаkаn sendiri 

2. Dіbаgіkаn kepada fаkіr mіѕkіn 

3. Dіhаdіаhі kераdа kеrаbаt, tеtаnggа, dаn ѕаhаbаt 

 

Dari реmbаgіаn ini tеrlіhаt bаhwа Iѕlаm ѕаngаt memperhatikan keseimbangan antara іbаdаh рrіbаdі dаn sosial. 

 

Kеtеntuаn Khusus: Qurbаn Nаzаr 

Tidak semua ԛurbаn bіѕа dimakan oleh оrаng yang bеrԛurbаn. Jika ѕеѕеоrаng bernadzar untuk berqurban, mаkа hukumnуа bеrubаh. 

 

Qurban Nаzаr Tidak Bоlеh Dimakan Sendiri 

Jіkа seseorang bеrkаtа, “Saya bеrnаdzаr akan berqurban tahun ini jіkа ѕауа lulus,” mаkа qurbannya mеnjаdі wajib, bukаn sunnah. Dаlаm hаl іnі: 

 

- Orаng tеrѕеbut tidak bоlеh mеmаkаn ѕеdіkіt рun dаrі dаgіng qurban tersebut. 

- Seluruh dаgіng hаruѕ dіbаgіkаn kераdа fаkіr mіѕkіn. 

 

Ini аdаlаh bеntuk pemenuhan nаzаr уаng bеrѕіfаt ѕеbаgаі “hаdіаh kepada Allаh” уаng tіdаk boleh diambil kembali. 

 

Hаrі Tasyrik dan Hukum Makan 

Hаrі Tasyrik аdаlаh tаnggаl 11, 12, dаn 13 Dzulhijjah. Pada hari-hari іnі, umat Islam dilarang berpuasa dаn dіаnjurkаn untuk mаkаn, mіnum, dаn bеrѕуukur. 

 

Dalil Tentang Hаrі Tasyrik 

Dari Nubаіѕуаh Al-Hudzаlі rаdhіуаllаhu ‘аnhu, Rasulullah ﷺ bersabda: 

 

“Hari-hari tаѕуrіk аdаlаh hаrі mаkаn, mіnum, dan mеngіngаt Allah.” 

(HR. Muѕlіm) 

 

Dеngаn kаtа lаіn, bеrрuаѕа dі hari tasyrik аdаlаh hаrаm, kecuali untuk jаmааh hаjі yang tіdаk menemukan hеwаn qurban, ѕеbаgаіmаnа kеtеntuаn dаlаm QS. Al-Bаԛаrаh: 196. 

 

Hіkmаh Pеlаrаngаn Puаѕа 

1. Sеbаgаі bentuk ѕуukur аtаѕ nіkmаt ԛurbаn 

2. Mеmреrkuаt ѕеmаngаt berbagi dаn ѕіlаturаhmі 

3. Menikmati hаѕіl ibadah dеngаn kеbаhаgіааn bеrѕаmа kеluаrgа dаn tetangga 

 

 Bolehkah Mаkаn di Hаrі Rауа Idul Adha? 

Berikut аdаlаh ringkasan hukum dаn adab terkait mаkаn dі Hаrі Rауа Idul Adhа: 

 

Wаktu & Konteks Hukum Mаkаn Keterangan 

Sebelum Shаlаt Id Dіѕunnаhkаn untuk tidak mаkаn Mеnеlаdаnі Nаbі ﷺ dаn mеnаntі dаgіng ԛurbаn 

Sеtеlаh Shalat Id Boleh, bahkan dіаnjurkаn Dіаnjurkаn mеmаkаn ѕеbаgіаn dаgіng ԛurbаn 

Makan dаrі Hewan Qurban Sеndіrі Bоlеh jіkа ԛurbаn sunnah Tіdаk bоlеh jіkа qurban nazar (wаjіb) 

Hаrі Tasyrik (11–13 Dzulhіjjаh) Wаjіb makan, haram berpuasa Hari mаkаn, mіnum, dаn dzikir kераdа Allah 

 

Pеnutuр 

Hari Rауа Idul Adhа bukаn hanya tentang реnуеmbеlіhаn hewan, tеtарі jugа tentang ketaatan, kеtеlаdаnаn, dаn kebersamaan. Sаlаh ѕаtu bentuk ѕуukur atas nikmat іnі аdаlаh dengan mеnіkmаtі dаgіng ԛurbаn yang hаlаl dаn bаіk bersama keluarga dan mаѕуаrаkаt ѕеkіtаr. 

 

Semoga kita dараt mеnjаlаnі Idul Adha dengan реnuh pemahaman, аdаb, dan ѕеmаngаt berbagi. Mari jaga nіаt dalam berqurban dаn jаngаn luраkаn nilai-nilai ѕріrіtuаl serta ѕоѕіаl уаng terkandung di dаlаmnуа. 

 

Q1: Apakah аdа реrbеdааn аntаrа ԛurbаn pribadi dаn qurban kоlеktіf dalam hal реmbаgіаn dаn hukum makan dagingnya? 

A1: Ya, реrbеdааn utаmа tеrlеtаk pada niat dan bentuk раrtіѕіраѕі. Qurbаn pribadi (mіѕаlnуа kаmbіng) dіlаkukаn оlеh ѕаtu оrаng, ѕеdаngkаn qurban kolektif (ѕереrtі ѕарі аtаu unta) bоlеh dіlаkukаn оlеh 7 оrаng. Masing-masing dari 7 оrаng dalam qurban kоlеktіf bоlеh memakan bаgіаn mеrеkа, kесuаlі jіkа ԛurbаn tеrѕеbut аdаlаh nаzаr, mаkа tіdаk bоlеh dіmаkаn оlеh уаng bеrnаdzаr. 

 

Q2: Apakah anak kecil аtаu оrаng уаng belum bаlіgh bоlеh іkut bеrԛurbаn dan mеmаkаn dagingnya? 

A2: Anak kecil bоlеh diikutkan dalam nіаt bеrԛurbаn оlеh оrаng tuаnуа, mеѕkірun tіdаk wаjіb. Jіkа qurbannya ѕunnаh, anak tеrѕеbut boleh mеmаkаn dagingnya. Namun, tаnggung jawab dan nіаt tetap аtаѕ nama wаlі (оrаng tuа) kаrеnа anak bеlum baligh. 

 

Q3: Bagaimana hukum mеmbаgіkаn daging qurban dalam bеntuk оlаhаn (seperti rеndаng аtаu ѕаtе) kераdа tetangga? 

A3: Hukum membagikan daging ԛurbаn dаlаm bеntuk оlаhаn boleh, ѕеlаmа tіdаk mengurangi hаk реnеrіmа. Nаmun, ulаmа mеnуаrаnkаn agar daging dibagikan dаlаm bеntuk mеntаh agar реnеrіmа bіѕа mеngоlаh sesuai kebutuhan mereka. Tapi jіkа dаlаm kоndіѕі tеrtеntu lebih mаѕlаhаt dіbаgіkаn dаlаm bеntuk mаtаng (mіѕаlnуа untuk dаеrаh bencana), mаkа іtu dіреrbоlеhkаn. 


Keutamaan 10 Hari Pertama Di Bulan Dzulhijjah menurut sunnah

 

Keutamaan 10 Hari Pertama Di Bulan Dzulhijjah menurut sunnah
Keutamaan 10 Hari Pertama Di Bulan Dzulhijjah menurut sunnah

Pendahuluan

Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan haram dalam kalender Hijriyah yang menyimpan berbagai keistimewaan. Di antara seluruh harinya, sepuluh hari pertama Dzulhijjah menempati kedudukan yang sangat agung dalam syariat Islam. Rasulullah ﷺ tidak hanya menegaskan keutamaannya melalui sabda-sabda beliau, tetapi juga mendorong umatnya untuk memperbanyak amal saleh di dalamnya. Keistimewaan hari-hari ini tidak hanya diakui dalam tataran hukum, tetapi juga dalam dimensi spiritual yang mendalam.

Dalil-Dalil dari Al-Qur'an dan Sunnah

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabadikan keutamaan 10 hari ini dalam firman-Nya:

"Demi fajar, dan malam yang sepuluh..." (QS. Al-Fajr: 1-2)

Mayoritas mufassir, termasuk Ibn Katsir dan Al-Baghawi, menafsirkan "malam yang sepuluh" sebagai 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Penekanan ini menunjukkan bahwa Allah sendiri memberikan perhatian khusus terhadap waktu tersebut.

Dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tidak ada hari-hari yang amal saleh pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari ini." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah?" Beliau menjawab, "Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar dengan diri dan hartanya, lalu tidak kembali dengan apa-apa." (HR. Bukhari)

Hadis ini menunjukkan keutamaan luar biasa amal-amal saleh pada sepuluh hari tersebut, bahkan dibandingkan dengan jihad, yang notabene adalah amalan puncak dalam Islam.

Amalan yang Dianjurkan di 10 Hari Pertama Dzulhijjah

  1. Puasa
    Berpuasa pada sembilan hari pertama sangat dianjurkan, khususnya pada tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah). Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:

    "Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah agar ia menghapus dosa tahun sebelumnya dan tahun setelahnya." (HR. Muslim)

    Ini adalah peluang emas yang tidak bisa disia-siakan. Satu hari puasa, dua tahun pengampunan dosa. Tidak ada ibadah lain yang memberikan imbalan sebesar ini dalam waktu sesingkat itu.

  2. Shalat dan Dzikir
    Shalat sunnah, terutama tahajjud dan dhuha, sangat ditekankan. Perbanyak juga membaca takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih. Allah berfirman:

    "Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan..." (QS. Al-Hajj: 28)

    Para ulama menafsirkan "hari-hari yang telah ditentukan" sebagai sepuluh hari pertama Dzulhijjah.

  3. Sedekah dan Amal Sosial
    Memberi kepada yang membutuhkan pada waktu ini dilipatgandakan pahalanya. Ini adalah waktu terbaik untuk membersihkan harta dan hati melalui sedekah yang ikhlas.

  4. Qurban
    Menyembelih hewan qurban pada hari ke-10 (Idul Adha) adalah sunnah muakkadah bagi yang mampu. Ini merupakan salah satu bentuk ibadah yang menggabungkan aspek spiritual dan sosial sekaligus.

  5. Tobat dan Muhasabah
    Sepuluh hari ini adalah waktu yang tepat untuk memperbarui komitmen kepada Allah. Tobat dengan sungguh-sungguh, jauhkan diri dari maksiat, dan perbanyak istighfar.

Perbandingan dengan Bulan Ramadhan

Banyak yang mengira bahwa keutamaan hanya melekat pada bulan Ramadhan. Namun, jika Ramadhan unggul dalam malamnya (khususnya malam Lailatul Qadar), maka sepuluh hari pertama Dzulhijjah unggul dalam siangnya. Ibn Rajab Al-Hanbali menyatakan bahwa "sepuluh hari Dzulhijjah lebih utama daripada sepuluh hari terakhir Ramadhan, tetapi sepuluh malam terakhir Ramadhan lebih utama karena di dalamnya ada Lailatul Qadar."

Ini menunjukkan bahwa kedua momentum ini saling melengkapi dan tidak perlu dipertentangkan. Keduanya adalah kesempatan emas bagi umat Islam untuk mendulang pahala dan mendekatkan diri kepada Allah.

Hikmah Disyariatkannya Ibadah dalam 10 Hari Dzulhijjah

Disyariatkannya berbagai ibadah di sepuluh hari ini menunjukkan bahwa Islam tidak hanya menekankan kuantitas ibadah, tetapi juga kualitas dan waktu pelaksanaannya. Allah memilih waktu tertentu untuk menanamkan ruh kekhusyukan dalam jiwa manusia, memperkuat kesadaran spiritual, serta menumbuhkan semangat pengorbanan.

Lebih jauh, sepuluh hari ini menyatukan seluruh rukun Islam dalam satu waktu:

  • Syahadat ditegaskan dengan niat dan dzikir.

  • Shalat ditekankan dengan intensitas.

  • Puasa disunnahkan.

  • Zakat diekspresikan dalam bentuk sedekah.

  • Haji dilaksanakan di hari-hari ini.

Tidak ada waktu lain dalam setahun yang menggabungkan seluruh rukun ini secara bersamaan.

Sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah bukan sekadar deretan hari dalam kalender Hijriyah. Ia adalah momentum ilahiah yang dipenuhi dengan keberkahan, ampunan, dan limpahan pahala yang tak ternilai. Rasulullah ﷺ telah memberikan arahan yang jelas tentang pentingnya hari-hari ini, dan para sahabat tidak menyia-nyiakannya.

Sudah sepatutnya setiap Muslim memaksimalkan sepuluh hari ini dengan amal terbaik yang mampu dilakukan. Jangan biarkan hari-hari penuh keutamaan ini berlalu tanpa makna. Isilah ia dengan ketundukan, ketaatan, dan keikhlasan. Karena bisa jadi, inilah kesempatan terakhir yang Allah berikan sebelum ajal menjemput.

Waktu yang Allah Agungkan

Di antara keajaiban Islam adalah pengkhususan waktu-waktu tertentu yang memiliki nilai ibadah lebih tinggi dibandingkan waktu lainnya. Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah contoh paling konkret dari kemuliaan waktu menurut syariat. Hari-hari ini bukan sekadar numerik dalam kalender Hijriyah, melainkan momentum sakral yang diabadikan dalam Al-Qur’an dan ditinggikan dalam Sunnah Nabi ﷺ. Di sinilah terkandung peluang besar bagi hamba yang ingin meraih rida Allah secara cepat dan efektif.

Kesaksian Al-Qur’an dan Sunnah

Ketika Allah bersumpah dalam firman-Nya:

"Demi fajar, dan malam yang sepuluh..." (QS. Al-Fajr: 1-2)

Para ulama tafsir menyepakati bahwa “malam yang sepuluh” adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Ketika Allah bersumpah atas sesuatu, itu menunjukkan keagungan dan keistimewaannya.

Dalam hadits shahih dari Imam Bukhari, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tidak ada hari-hari yang amal shalih padanya lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari ini..."

Ini adalah deklarasi ilahiah bahwa sepuluh hari tersebut adalah waktu paling unggul untuk beramal. Bahkan jihad yang agung pun tidak melampaui keutamaannya kecuali dalam kondisi sangat spesifik.

Amal-Amal yang Disyariatkan di 10 Hari Dzulhijjah

1. Berpuasa, Terutama Puasa Arafah
Puasa di sembilan hari pertama sangat dianjurkan, dan puncaknya adalah puasa pada hari Arafah (9 Dzulhijjah). Rasulullah ﷺ bersabda:

"Puasa Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang." (HR. Muslim)

Ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang luar biasa: dua tahun dosa terhapus hanya dengan satu hari puasa.

2. Dzikir dan Takbir
Dianjurkan untuk memperbanyak takbir, tahlil, tahmid dan tasbih sejak awal Dzulhijjah, baik di masjid, rumah, maupun di pasar. Ini adalah identitas spiritual seorang Muslim yang hidup.

3. Qurban
Qurban adalah ibadah yang bukan hanya berdimensi ritual, tetapi juga sosial. Penyembelihan hewan qurban menjadi simbol ketaatan total kepada Allah, meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

4. Sedekah dan Kebaikan Sosial
Memberi makan, menolong fakir miskin, membantu yatim piatu dan bersedekah adalah amal yang sangat ditekankan selama 10 hari ini. Pahala berlipat dan berkah tersebar.

5. Shalat Sunnah dan Tahajjud
Meningkatkan kualitas ibadah malam akan membentuk ruhani yang kuat. Malam-malam Dzulhijjah bukan untuk dilewatkan dengan kelalaian, tapi dihidupkan dengan qiyamullail.

6. Tobat dan Istighfar
Waktu yang penuh keberkahan ini sangat tepat untuk kembali kepada Allah dengan tobat yang tulus. Pintu langit sedang terbuka lebar, jangan sia-siakan.

Dzulhijjah dan Simbol Kesempurnaan Islam

Sepuluh hari ini mencakup seluruh dimensi rukun Islam:

  • Syahadat dengan memperbarui niat dan iman.

  • Shalat yang dilakukan secara berjamaah dan khusyuk.

  • Puasa sebagai ibadah sunah penuh keutamaan.

  • Zakat dan sedekah yang digencarkan.

  • Haji yang hanya bisa dilaksanakan di Dzulhijjah.

Tak ada waktu lain dalam setahun yang menyatukan seluruh pilar Islam dalam satu periode sebagaimana Dzulhijjah. Ini adalah miniatur kehidupan Islam secara total.

Mengapa Hari-Hari Ini Begitu Dimuliakan?

Ada rahasia spiritual yang dalam dalam pengagungan 10 hari ini. Selain warisan kenabian, hari-hari ini adalah momentum bagi manusia untuk memperbaiki diri secara komprehensif. Allah menjadikan waktu sebagai ladang ujian dan pahala. Yang pandai mengelola waktu-waktu utama akan panen di akhirat kelak.

Sepuluh hari Dzulhijjah bukan hanya milik jemaah haji, tapi milik seluruh umat Islam di mana pun mereka berada. Allah membuka peluang yang sama bagi siapa pun yang ingin mendekat.

Kegagalan Terbesar: Melalaikan Hari-Hari Terbaik

Di balik semua keutamaan ini, ada ancaman kegagalan bagi mereka yang melewatkannya tanpa ibadah dan introspeksi. Seperti seseorang yang diundang ke pesta besar tapi malah memilih tinggal di rumah dan tidur. Sepuluh hari ini adalah undangan ilahi untuk bangkit, untuk kembali, untuk menebus kelalaian selama sebelas bulan sebelumnya.

Penutup: Menyambut Dzulhijjah dengan Kesadaran Penuh

Sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah bukan waktu biasa. Ia adalah hadiah ilahi yang sarat dengan peluang spiritual. Maka manfaatkanlah hari-hari ini untuk mendekat kepada-Nya dengan sebaik-baiknya amal. Bangkitkan semangat ibadah, hidupkan malam dengan munajat, penuhi siang dengan amal dan dzikir.

Karena bisa jadi, ini adalah Dzulhijjah terakhir dalam hidup kita.

apakah muntah membatalkan puasa wajib dan sunnah

apakah muntah membatalkan puasa wajib dan sunnah
apakah muntah membatalkan puasa wajib dan sunnah
apakah muntah membatalkan puasa wajib dan sunnah


  • Muntah Disengaja

Muntah disengaja adalah kondisi di mana seseorang secara sadar dan sengaja memicu muntah dari perutnya ke mulut. Artinya, muntah itu tidak terjadi secara alami, melainkan ada usaha aktif dari orang yang berpuasa untuk memuntahkan isi perutnya.
    • Memasukkan jari ke tenggorokan

    • Menghirup bau tak sedap dengan sengaja

    • Hukum: Membatalkan puasa

  • Muntah Tidak Disengaja

Muntah tidak sengaja adalah keluarnya isi perut melalui mulut tanpa adanya niat atau usaha untuk memuntahkannya. Hal ini bisa terjadi karena kondisi tubuh yang lemah, sakit, mabuk perjalanan, atau karena mencium bau menyengat yang memicu rasa mual hingga akhirnya muntah.
    • Mual tiba-tiba

    • Penyakit lambung, pusing

    • Hukum: Tidak membatalkan puasa

Dalil dan Dasar Hukum

  • Hadis Nabi ﷺ:


وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - - مَنْ ذَرَعَهُ الْقَيْءُ فَلَا قَضَاءَ عَلَيْهِ, وَمَنْ اسْتَقَاءَ فَعَلَيْهِ اَلْقَضَاءُ - رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ

    • “Barang siapa yang muntah dengan sengaja maka hendaklah ia mengqadha puasanya.”
      (HR. Abu Dawud, Tirmidzi – hasan)

  • Ijma Ulama:

    • Mayoritas ulama sepakat muntah disengaja membatalkan puasa

    • Tidak disengaja → tidak batal jika tidak tertelan

Syarat Muntah Tidak Membatalkan Puasa

  • Muntah terjadi spontan

  • Tidak menelan kembali muntahan

  • Tidak disengaja dengan alat/bahan

  • Muntah tidak menyebabkan kondisi membahayakan

Kondisi Khusus dan Tindakan Lanjutan

  • Muntah Berulang atau Banyak

    • Jika memberatkan tubuh → boleh berbuka

    • Wajib qadha setelah Ramadhan

  • Muntah Karena Sakit

    • Diperbolehkan berbuka jika kondisi darurat

    • Tidak berdosa, wajib qadha

Ringkasan Hukum Muntah Saat Puasa

Jenis MuntahHukumKeterangan
DisengajaBatalHarus qadha
Tidak disengajaTidak batalAsal tidak ditelan kembali
Tertelan muntah sengajaBatalHarus qadha
Tertelan muntah tidak sengajaTidak batalDimaafkan
Karena sakit beratBoleh berbukaWajib qadha

puasa ayyamul bidh penuh berkah 2025

 

🕌 Puasa Ayyamul Bidh Penuh Berkah 2025

puasa ayyamul bidh penuh berkah 2025
puasa ayyamul bidh penuh berkah 2025


🌙 1. Pengertian Ayyamul Bidh

Ayyamul Bidh secara harfiah berarti “hari-hari putih”.
Merujuk pada tanggal 13, 14, dan 15 dalam setiap bulan Hijriyah.

Disebut “putih” karena pada malam-malam tersebut, bulan berada dalam fase purnama, memancarkan cahaya terang yang membuat malamnya terlihat cerah bagaikan siang.

Kapan waktunya?
Setiap bulan Hijriyah:
🗓️ Tanggal 13 – 14 – 15

📜 2. Dasar Hukum & Keutamaan

Hadis Nabi ﷺ:

"Puasa tiga hari setiap bulan seperti puasa sepanjang tahun."
(HR. Bukhari & Muslim)

Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh:

✅ Seperti puasa sepanjang tahun
Konsistensi spiritual dalam ibadah
✅ Menambah amal sunnah
✅ Menyucikan hati dan jiwa
✅ Mendekatkan diri kepada Allah ﷻ

📅 3. Jadwal Ayyamul Bidh Tahun 2025

Berikut adalah jadwal perkiraan Ayyamul Bidh untuk tahun 2025. Tanggal bisa berubah sesuai penetapan awal bulan Hijriyah secara rukyatul hilal.

Bulan MasehiBulan HijriyahTanggal HijriyahEstimasi Tanggal Masehi
JanuariJumadil Akhir 144613–1513–15 Januari 2025
FebruariRajab 144613–1511–13 Februari 2025
MaretSya’ban 144613–1513–15 Maret 2025
AprilRamadhan 144613–1511–13 April 2025
MeiSyawwal 144613–1511–13 Mei 2025
JuniDzulqa’dah 144613–159–11 Juni 2025
JuliDzulhijjah 144613–159–11 Juli 2025
AgustusMuharram 144713–157–9 Agustus 2025
SeptemberSafar 144713–155–7 September 2025
OktoberRabi’ul Awwal 144713–154–6 Oktober 2025
NovemberRabi’ul Akhir 144713–152–4 November 2025
DesemberJumadil Ula 144713–152–4 Desember 2025

🧠 4. Hikmah dan Manfaat

🌿 Spiritual:

  • Meningkatkan ketakwaan

Puasa adalah ibadah yang secara langsung ditujukan untuk membentuk pribadi yang takwa, sebagaimana firman Allah:

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
(QS. Al-Baqarah: 183)

Meskipun Ayyamul Bidh adalah puasa sunnah, efek spiritualnya tetap besar dalam melatih kesabaran, keikhlasan, dan kepatuhan kepada Allah tanpa paksaan kewajiban. Inilah esensi takwa: mengutamakan ridha Allah dalam setiap amal.

  • Menambah pahala dan keberkahan

Puasa Ayyamul Bidh memberikan pahala seperti puasa sepanjang tahun, sebagaimana dalam hadis Nabi ﷺ:

"Puasa tiga hari setiap bulan seperti puasa sepanjang tahun."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Amal ini menjadi tabungan akhirat yang rutin dan ringan, namun bernilai besar. Keberkahan datang dari konsistensi dalam amal, bukan dari besarnya amal semata.

  • Meningkatkan kedekatan dengan Allah ﷻ

Puasa adalah ibadah yang sangat pribadi, karena tidak bisa dilihat langsung oleh manusia. Hanya Allah yang tahu niat dan kesungguhan seorang hamba. Karena itu, dalam hadis Qudsi, Allah ﷻ berfirman:

"Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya."
(HR. Bukhari)

Melalui puasa, seorang hamba semakin merasa terhubung secara ruhani dengan Rabb-nya, memperkuat keikhlasan, dan memperhalus jiwanya dari hawa nafsu.

🧘 Psikologis:

  • Melatih kesabaran dan pengendalian diri

Puasa adalah madrasah kesabaran. Selama berpuasa, kita menahan lapar, haus, dan keinginan duniawi, bahkan dari hal-hal yang sebenarnya halal. Ini menjadi latihan nyata untuk mengontrol:

  • Nafsu makan

  • Emosi dan amarah

  • Perkataan dan tindakan

Dalam puasa Ayyamul Bidh, latihan ini dilakukan secara rutin setiap bulan, menjadikannya ritme pembentukan karakter

  • Membangun ketenangan batin

Puasa bukan hanya menahan, tetapi juga menjernihkan jiwa. Saat tubuh ringan dari makanan, pikiran pun menjadi lebih fokus, hati lebih tenang, dan ruhani lebih kuat.

Ayyamul Bidh yang dilakukan secara berkala membentuk jeda spiritual dari kesibukan dunia. Ia menjadi momen untuk refleksi, muhasabah, dan mendekatkan diri kepada Allah tanpa tekanan sosial.

Puasa adalah bentuk “retret batin” yang membuat jiwa lebih damai, pikiran lebih jernih, dan hati lebih bersih.

🩺 Kesehatan:

  • Menstabilkan metabolisme tubuh

Puasa memberi kesempatan bagi sistem pencernaan untuk beristirahat secara teratur, sehingga metabolisme tubuh menjadi lebih seimbang. Tidak seperti pola makan berlebihan yang bisa mengganggu kerja organ, puasa justru menyeimbangkan kadar gula darah, hormon insulin, dan fungsi pencernaan.

Dengan puasa Ayyamul Bidh yang dilakukan sebulan sekali selama tiga hari, tubuh akan terbiasa mengatur pola asupan dan pengeluaran energi, membantu menstabilkan berat badan dan mengurangi kelebihan lemak.

  • Membantu proses detoksifikasi alami

Ketika tubuh berpuasa, ia mulai menggunakan cadangan energi dari lemak. Proses ini secara alami membantu tubuh mengeluarkan racun (detoksifikasi) yang tersimpan di dalam jaringan lemak dan organ tubuh.

Organ seperti hati, ginjal, dan usus juga menjadi lebih optimal dalam menyaring zat-zat yang tidak dibutuhkan. Hasilnya: tubuh terasa lebih segar, ringan, dan bertenaga.

  • Mengurangi risiko penyakit kronis

Berbagai studi ilmiah menunjukkan bahwa puasa berkala (intermittent fasting), sebagaimana yang dilakukan saat Ayyamul Bidh, dapat membantu:

  • Menurunkan tekanan darah

  • Mengontrol kadar kolesterol

  • Mencegah resistensi insulin (penyebab diabetes tipe 2)

  • Mengurangi risiko obesitas dan penyakit jantung

Dengan catatan: dilakukan secara teratur, tidak berlebihan, dan tetap menjaga asupan gizi saat sahur dan berbuka.


🤝 Sosial:

  • Meningkatkan empati terhadap kaum fakir dan miskin

Puasa bukan hanya menahan lapar, tapi juga merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang setiap hari hidup dalam kekurangan. Saat perut kosong dan tenggorokan kering, kita mulai memahami betapa berharganya sepotong roti dan seteguk air.

Ayyamul Bidh yang rutin dilakukan tiap bulan menjadi latihan hati untuk:

  • Lebih peduli terhadap penderitaan orang lain

  • Menumbuhkan rasa syukur atas nikmat yang sering kita lupakan

  • Membuka pintu kepedulian sosial dan amal sedekah

Dengan begitu, puasa ini membentuk hati yang lembut dan tangan yang ringan memberi.

  • Mengajarkan kesederhanaan dan solidaritas

Saat berpuasa, kita belajar untuk menyederhanakan gaya hidup, menahan diri dari konsumsi berlebihan, dan mengutamakan kebutuhan daripada keinginan.

Kesederhanaan ini bukan bentuk kekurangan, tapi pilihan sadar untuk hidup lebih berarti dan berbagi dengan sesama.

Di sisi lain, puasa Ayyamul Bidh juga mempererat solidaritas:

  • Bersama keluarga, teman, atau komunitas yang menjalankan ibadah yang sama

  • Merasakan kebersamaan dalam perjuangan dan harapan

  • Membangun budaya tolong-menolong dan saling menguatkan

🕋 5. Tata Cara dan Niat Puasa Ayyamul Bidh

🗯️ Niat Puasa Sunnah Ayyamul Bidh:

 Niat boleh diucapkan pada malam hari atau sebelum zawal (matahari tergelincir ke barat) selama belum makan/minum.

📎 Adab Puasa:

  • Menahan diri dari ghibah, amarah, dan maksiat

  • Memperbanyak zikir, doa, dan tilawah

  • Disunnahkan berbuka dengan kurma dan air putih

  • Membaca doa berbuka:

"Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthartu."

💡 6. Tips Istiqamah Puasa Ayyamul Bidh

🗓️ Tandai kalender setiap bulan
👨‍👩‍👧 Puasa bersama keluarga atau teman
⏰ Gunakan pengingat digital (aplikasi, alarm)
🌐 Ikut komunitas ibadah online/offline
📒 Catat pengalaman dan motivasi pribadi

🌟 7. Kisah Inspiratif

Salafus shalih seperti Umar bin Khattab, Aisyah, dan para tabi’in dikenal rutin berpuasa Ayyamul Bidh.

🧕 Banyak orang modern merasakan perubahan signifikan dalam kesehatan, ketenangan hati, dan produktivitas setelah menjadikan puasa ini sebagai kebiasaan bulanan.

📣 8. Ajakan dan Dakwah

✅ Buat poster atau video pendek di media sosial
✅ Ajak keluarga dan teman dekat untuk ikut serta
✅ Sampaikan dalam ceramah, kajian, atau grup WhatsApp
✅ Tulis artikel atau blog tentang jadwal & keutamaannya

Mari hidupkan kembali sunnah Rasulullah ﷺ melalui puasa Ayyamul Bidh.
Sedikit tapi rutin, ringan namun penuh berkah. 🌙

puasa arafah 2025 penuh berkah

 

puasa arafah 2025 penuh berkah
puasa arafah 2025 penuh berkah


1. 📅 Waktu dan Tanggal

Puasa Arafah dilaksanakan setiap tanggal 9 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah, yaitu sehari sebelum Hari Raya Idul Adha. Untuk tahun 2025, 9 Dzulhijjah 1446 H diperkirakan jatuh pada hari Minggu, 1 Juni 2025. Namun, tanggal tersebut masih bersifat perkiraan karena penetapan awal bulan Dzulhijjah bergantung pada rukyatul hilal (pengamatan bulan sabit) yang dilakukan oleh otoritas keagamaan di masing-masing negara. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk menunggu keputusan resmi dari pemerintah atau lembaga keagamaan terkait sebelum menentukan hari pasti pelaksanaan puasa Arafah. Meski demikian, penting bagi umat Islam untuk bersiap-siap secara mental dan spiritual sejak awal Dzulhijjah, mengingat besarnya keutamaan yang terkandung dalam puasa Arafah sebagai bagian dari ibadah menyambut Idul Adha.

2. 🕋 Keutamaan Puasa Arafah

Puasa Arafah memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam Islam, terutama bagi umat Muslim yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Salah satu keutamaannya yang paling dikenal adalah penghapusan dosa selama dua tahun sekaligus—satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang—sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim. Keutamaan ini menunjukkan betapa besarnya ganjaran dari puasa ini, sebagai bentuk rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Selain itu, hari Arafah juga merupakan salah satu hari terbaik dalam Islam
  • Menghapus dosa 1 tahun lalu & 1 tahun yang akan datang (HR. Muslim)

  • Salah satu puasa paling utama bagi yang tidak berhaji

  • Waktu mustajab untuk berdoa

  • Mendekatkan diri kepada Allah

3. 🙌 Niat dan Tata Cara

  • Puasa dari terbit fajar sampai maghrib

Seperti halnya puasa wajib di bulan Ramadan, puasa Arafah dilaksanakan mulai dari terbit fajar (waktu Subuh) hingga terbenam matahari (waktu Maghrib). Artinya, seseorang harus menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkan puasa selama rentang waktu tersebut. Penting untuk memperhatikan waktu imsak sebagai langkah kehati-hatian sebelum masuk fajar, agar puasa dimulai tepat waktu. Sebelum fajar, dianjurkan untuk makan sahur karena di dalamnya terdapat keberkahan, sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi ﷺ. Ketika matahari terbenam, puasa Arafah ditutup dengan berbuka dan disunahkan untuk berdoa
  • Disunnahkan menjaga amalan lain: shalat, dzikir, tilawah

Puasa Arafah tidak hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga merupakan momen untuk memperbanyak ibadah sunnah lainnya yang dapat memperkuat nilai spiritual puasa tersebut. Di antara amalan yang sangat dianjurkan adalah shalat sunnah, seperti Dhuha dan Qiyamul Lail, yang dapat menambah kedekatan seorang hamba kepada Allah. Selain itu, memperbanyak dzikir seperti tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir merupakan amalan yang sangat dianjurkan, terlebih dalam 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, termasuk hari Arafah. Membaca dan merenungi tilawah Al-Qur’an juga menjadi amalan yang mendatangkan pahala besar, apalagi jika dilakukan dengan penuh kekhusyukan.

4. 💫 Amalan Pendukung

  • Dzikir Arafah: La ilaha illallah wahdahu la syarika lah...

Salah satu dzikir yang sangat dianjurkan di hari Arafah adalah membaca “Lā ilāha illallāh waḥdahu lā syarīka lah, lahul-mulku wa lahul-ḥamdu wa huwa ‘alā kulli syai’in qadīr.” (Tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan dan segala pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu). Dzikir ini merupakan bentuk tauhid dan penghambaan yang paling agung, dan disebut oleh Nabi ﷺ sebagai dzikir terbaik yang dibaca oleh beliau dan para nabi sebelumnya pada hari Arafah. Membacanya berulang kali di hari yang mulia ini menjadi amalan yang sangat dicintai Allah dan sarana untuk mendapatkan ampunan serta rahmat-Nya.
  • Doa-doa mustajab

Hari Arafah juga dikenal sebagai waktu paling mustajab untuk berdoa. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah” (HR. Tirmidzi). Oleh karena itu, setiap Muslim sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa pada hari ini, baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun umat Islam secara umum. Doa bisa berupa permohonan ampunan, rezeki, kesehatan, keberkahan hidup, hingga permintaan hidayah. Menyusun doa-doa yang bersifat dunia dan akhirat, serta membacanya dengan penuh keyakinan dan khusyuk, merupakan salah satu cara untuk meraih berkah dan kemuliaan hari Arafah.
  • Sedekah dan membantu sesama

Meskipun tidak secara langsung terkait dengan puasa, sedekah dan membantu sesama adalah amalan utama yang sangat dianjurkan pada hari-hari mulia, termasuk hari Arafah. Memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, membantu fakir miskin, atau memberikan donasi untuk kegiatan sosial adalah bentuk kepedulian yang berpahala besar. Hari Arafah adalah waktu terbaik untuk menunjukkan empati dan solidaritas, serta menjadi sarana untuk membersihkan harta dan hati dari sifat kikir. Dengan berbagi, kita juga ikut menyebarkan berkah puasa Arafah kepada orang lain.
  • Muhasabah diri dan taubat

Hari Arafah adalah momen emas untuk muhasabah (introspeksi diri) dan memperbanyak taubat. Saat jutaan jamaah haji berkumpul di Padang Arafah memohon ampun kepada Allah, umat Islam di seluruh dunia pun dianjurkan untuk menundukkan diri, merenungi dosa-dosa, dan memohon pengampunan dengan penuh penyesalan. Allah membuka pintu taubat selebar-lebarnya pada hari ini, menjadikannya sebagai peluang luar biasa bagi siapa saja yang ingin memperbaiki diri. Taubat yang tulus disertai komitmen untuk berubah akan menjadi bekal berharga dalam perjalanan spiritual menuju kehidupan yang lebih baik dan diridhai Allah.

5. 📖 Dalil dan Hadis Pendukung

  • Hadis riwayat Muslim tentang keutamaannya

Keutamaan puasa Arafah ditegaskan dalam sebuah hadis sahih riwayat Imam Muslim. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Puasa pada hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar ia menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim, no. 1162)
Hadis ini menjadi dalil utama yang menunjukkan betapa besar pahala dan ampunan yang Allah sediakan bagi orang yang berpuasa di hari Arafah, terutama bagi yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Dengan hanya satu hari berpuasa, seorang Muslim dapat meraih penghapusan dosa selama dua tahun—yang menunjukkan keluasan rahmat Allah kepada hamba-Nya.
  • QS. Al-Hajj: ayat tentang Arafah dan haji

Salah satu ayat yang berkaitan erat dengan hari Arafah dan pelaksanaan ibadah haji adalah firman Allah dalam QS. Al-Hajj ayat 28:
“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan…”
Ayat ini menjelaskan tentang disyariatkannya ibadah haji, termasuk wukuf di Arafah, yang merupakan puncak dari seluruh rangkaian manasik. Meskipun konteksnya untuk para jamaah haji, umat Islam yang tidak berhaji juga dianjurkan untuk menghidupkan hari Arafah dengan berbagai ibadah, termasuk puasa, dzikir, dan doa. Hal ini menunjukkan bahwa hari Arafah memiliki nilai spiritual yang universal.
  • Hadis tentang hari terbaik dalam Islam

Hari Arafah juga termasuk dalam hari-hari terbaik dalam Islam, sebagaimana disebutkan dalam hadis:
“Tidak ada hari di mana amal saleh lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini (10 hari pertama Dzulhijjah).” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi, no. 3585, hasan)
Hadis-hadis ini menegaskan bahwa hari Arafah adalah salah satu momentum istimewa dalam kalender Islam, yang seharusnya dimanfaatkan oleh setiap Muslim untuk memperbanyak ibadah dan amal saleh. Keutamaan ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang berhaji, tetapi juga untuk seluruh umat Islam di mana pun berada.

6. 🌍 Puasa Arafah di Era Digital

  • Kajian online menjelang puasa Arafah

Di era digital, umat Islam semakin mudah mengakses ilmu dan pemahaman agama melalui berbagai kajian online. Menjelang puasa Arafah, banyak lembaga dakwah, masjid, dan ustaz menyelenggarakan kajian daring melalui platform seperti YouTube, Zoom, Instagram Live, dan lainnya. Kajian ini biasanya membahas keutamaan hari Arafah, hukum puasa, doa-doa yang dianjurkan, serta cara menyambut Idul Adha secara syar’i. Keberadaan kajian online mempermudah umat Muslim yang sibuk, tinggal di daerah terpencil, atau memiliki keterbatasan waktu untuk tetap mendapatkan bimbingan rohani yang bermanfaat.
  • Aplikasi pengingat niat dan jadwal puasa

Seiring perkembangan teknologi, kini tersedia berbagai aplikasi islami yang sangat membantu umat Muslim dalam melaksanakan puasa Arafah. Aplikasi seperti Muslim Pro, Umma, dan lainnya menyediakan fitur pengingat jadwal puasa, notifikasi waktu imsak dan berbuka, serta panduan niat harian. Beberapa aplikasi bahkan menyajikan konten khusus menyambut Dzulhijjah, seperti hitung mundur Idul Adha, koleksi doa, serta tips memperbanyak ibadah. Dengan adanya teknologi ini, ibadah menjadi lebih mudah dijalani dan tidak lagi bergantung sepenuhnya pada pengumuman konvensional.
  • Konten edukatif dan dakwah di media sosial

Media sosial kini menjadi saluran dakwah yang sangat efektif, terutama di kalangan generasi muda. Menjelang dan selama hari Arafah, banyak akun dakwah dan ustaz menyebarkan konten edukatif seperti infografis, video singkat, kutipan hadis, serta tips beribadah secara interaktif. Konten ini biasanya disajikan dengan bahasa ringan, visual menarik, dan mudah dibagikan, sehingga mampu menjangkau khalayak yang lebih luas. Melalui media sosial, semangat untuk berpuasa dan memaksimalkan ibadah di hari Arafah dapat menyebar lebih cepat dan menginspirasi banyak orang untuk ikut berpartisipasi dalam meraih keberkahan.

7. ❤️ Manfaat Spiritual dan Sosial

  • Meningkatkan ketakwaan

Salah satu tujuan utama dari ibadah puasa, termasuk puasa Arafah, adalah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah ﷻ. Ketika seseorang rela menahan lapar, haus, dan hawa nafsu semata-mata karena Allah, maka hal itu akan menumbuhkan kesadaran spiritual dan rasa takut kepada-Nya. Puasa Arafah menjadi momen untuk memperbaharui komitmen keimanan, memperdalam ketaatan, dan menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan. Dengan menjalankan puasa ini secara ikhlas, seorang Muslim akan merasakan kedekatan yang lebih kuat dengan Tuhannya.
  • Membersihkan hati dan jiwa

Puasa tidak hanya menyucikan tubuh dari hal-hal lahiriah, tetapi juga membersihkan hati dan jiwa dari penyakit batin seperti iri, sombong, dan riya. Puasa Arafah menjadi waktu refleksi diri untuk mengevaluasi amal, memperbaiki niat, dan memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu. Dalam kondisi lapar dan letih, hati menjadi lebih lembut dan mudah tersentuh oleh nasihat, sehingga menjadi titik awal untuk transformasi spiritual yang lebih mendalam. Hal ini menjadikan puasa Arafah sebagai sarana pembersih jiwa yang sangat efektif.
  • Menumbuhkan empati terhadap yang lapar

Dengan merasakan sendiri lapar dan haus selama berpuasa, seorang Muslim akan lebih mudah memahami penderitaan orang-orang yang kurang beruntung. Rasa lapar yang dirasakan menjadi pelajaran empati, bahwa di luar sana ada banyak orang yang hidup dalam kekurangan setiap hari. Dari sinilah tumbuh kesadaran sosial untuk berbagi, bersedekah, dan peduli terhadap sesama. Puasa Arafah tidak hanya mendidik spiritualitas individu, tetapi juga menanamkan nilai-nilai sosial yang kuat dalam kehidupan bermasyarakat.
  • Menyebar semangat kebaikan

Ketika seseorang berusaha memperbaiki diri melalui ibadah seperti puasa Arafah, maka semangat positif itu secara alami akan menular kepada orang di sekitarnya. Puasa yang dibarengi dengan akhlak mulia, seperti sabar, lemah lembut, dan dermawan, akan memancarkan kebaikan dalam lingkungan keluarga, teman, dan masyarakat. Terlebih jika disebarkan melalui contoh nyata atau media sosial, semangat ini bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk ikut berbuat baik. Dengan demikian, puasa Arafah bukan hanya ibadah pribadi, tetapi juga menjadi bagian dari gerakan menyebar kebaikan di tengah umat.

8. 🌙 Persiapan Idul Adha

  • Sembelih kurban keesokan harinya

Hari setelah puasa Arafah, umat Islam merayakan Hari Raya Idul Adha dengan melaksanakan ibadah sembelih kurban. Tradisi ini merupakan wujud syukur kepada Allah dan pengingat akan kisah Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan putranya demi ketaatan kepada perintah Allah. Penyembelihan hewan kurban menjadi simbol kepedulian sosial dan pembagian rezeki kepada fakir miskin, sehingga menjadi amalan yang sangat dianjurkan dan penuh berkah. Melalui ibadah kurban, umat Islam menunjukkan kepatuhan, keikhlasan, dan semangat berbagi dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
  • Mempersiapkan diri secara spiritual dan materi

Persiapan menyambut Idul Adha tidak hanya sekadar soal hewan kurban, tetapi juga memerlukan persiapan spiritual dan materi. Secara spiritual, umat Islam dianjurkan meningkatkan ibadah, memperbanyak doa, dan membersihkan hati agar merasakan makna hakiki dari hari kemenangan ini. Secara materi, perlu dipersiapkan keuangan yang cukup untuk membeli hewan kurban serta mengatur pembagian daging agar tepat sasaran kepada yang membutuhkan. Keseimbangan antara persiapan batin dan lahir ini akan menjadikan perayaan Idul Adha lebih bermakna dan membawa keberkahan bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.
  • Merayakan kemenangan iman dan ketakwaan

Idul Adha bukan sekadar hari raya biasa, tetapi merupakan momentum merayakan kemenangan iman dan ketakwaan setelah menjalani berbagai ibadah, termasuk puasa Arafah dan rangkaian amalan di sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Hari ini mengingatkan setiap Muslim untuk terus meneguhkan keimanan, menumbuhkan semangat pengorbanan, dan memperkokoh hubungan dengan Allah. Perayaan Idul Adha menjadi simbol suksesnya perjuangan spiritual dan komitmen hidup dalam ketaatan, sekaligus menjadi momen kebersamaan yang penuh suka cita dalam bingkai persaudaraan umat Islam.


Comments

kljkjlkj

4332