1. Berjual Beli
Hadits yang melarang jual-beli di dalam masjid antara lain:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيعُ أَوْ يَبْتَاعُ فِي الْمَسْجِدِ فَقُولُوا لَا أَرْبَحَ اللَّهُ تِجَارَتَكَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَنْشُدُ فِيهِ ضَالَّةً فَقُولُوا لَا رَدَّ اللَّهُ عَلَيْكَ
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika kamu melihat orang yang menjual atau membeli di dalam masjid, maka katakanlah ‘Allah tidak menguntungkan perdaganganmu’. Dan jika kamu melihat orang yang mencari barang hilang di dalam masjid, maka katakanlah ‘Allah tidak mengembalikan kepadamu’. [HR Tirmidzi, no. 1 321, Ad Darimi, no. 1.365. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani. Lihat Tirmidzi, no. 1.321; Irwa’ul Ghalil, no. 1.495, Al Misykah, no. 733]
2. Membuat Kuburan
Menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, baik berbentuk masjid, mushalla, atau pesarean dan sejenisnya adalah haram hukumnya. Baik kubur itu kubur nabi Muhammad SAW, atau kuburan nabi-nabi yang lainnya. Apalagi kuburan orang biasa, meski punya derajat yang tinggi di tengah kemasyhuran umat.
Keharaman membangun tempat ibadah di atas kuburan telah disepakati oleh para ulama, karena telah ditegaskan di dalam hadits-hadits berikut ini:
Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kubur Nabi mereka sebagai masjid, (Aisyah berkata),’Kalau bukan karena hal itu, niscaya kubur beliau akan dinampakkan, hanya saja beliau takut atau ditakutkan kuburnya akan dijadikan masjid. (HR Bukhari)
3. Meludah
Firman Allah SWT:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَن يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Maksudnya: “Hanyasanya yang layak memakmurkan (menghidupkan) masjid-masjid Allah itu ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat serta mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan tidak takut melainkan kepada Allah, (dengan adanya sifat-sifat yang tersebut) maka adalah diharapkan mereka menjadi dari golongan yang mendapat petunjuk.”(Surah al-Taubah: 18)
Masjid (مَسْجِد) pada bahasa Arab ialah nama bagi tempat bersujud. Dari sudut syara’nya boleh ditakrifkan kepada dua: Tempat permukaan bumi, ini berdasarkan sabda Nabi SAW:
وَجُعِلَتْ لِيَ الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا
Maksudnya: “Dijadikan bagiku bumi ini sebagai masjid (tempat bersujud)”
Riwayat al-Bukhari (438)
Manakala dari sudut istilah atau ‘urf masjid itu ialah tempat yang disediakan bagi mengerjakan sembahyang untuk selama-lamanya. (Lihat Mu‘jam Lughat Al-Fuqaha, hlm. 428 dan Ahkam al-Sajid, hlm. 26-27).
Al-Zajjaj berkata: “Setiap tempat diibadatkan padanya dinamakan dengan masjid seperti hadis di atas.” (Lihat Taj al-‘Arus, 8/174)
Apabila diperhatikan sejarah kewujudan dan kedudukan tanah persekitaran masjid pada masa dahulu berdasarkan definisi masjid dari sudut istilah, di antaranya ada masjid yang hanya berupa tanah lapang yang diberi tanda atau sempadan di sekelilingnya dengan mendirikan tiang-tiang yang dipacakkan tepat pada sempadan berkenaan.
Menjawab persoalan di atas, kami kemukakan sebuah hadis sebagaimana diriwayatkan daripada Anas bin Malik R.A, bahawa Rasulullah SAW bersabda:
البُزَاقُ فِي المَسْجِدِ خَطِيئَةٌ وَكَفَّارَتُهَا دَفْنُهَا
Maksudnya: “Meludah di dalam masjid ialah suatu kesalahan dan kaffarahnya ialah dengan menimbusnya.”
Riwayat al-Bukhari (415) dan Muslim (552)
Syeikh Abdullah al-Bassam berkata: “Meludah atau perkara yang serupa seperti melemparkan lendir di dalam masjid adalah perbuatan dosa dan salah. Ini kerana tindakan ini menunjukkan sikap kurang menghormati masjid, dan Allah SWT berfirman: “Dan sesiapa yang mengagungkan peraturan-peraturan Allah, maka itulah yang lebih baik baginya di sisi Tuhan.” (Surah al-Hajj: 30). Hadith ini berlawanan dengan hadith Anas yang disebutkan dalam hadith sahih, “Hendaklah dia meludah ke arah kiri di bawah kaki kirinya.”
4. Mengambil Barang Temuan
Jika menemukan barang yang tertinggal di dalam masjid, sebaiknya serahkan kepada pengurus masjid. Mengambil barang temuan tanpa izin adalah tindakan yang tidak jujur.
5. Membawa Hewan Peliharaan
Hewan peliharaan dapat membawa kotoran dan mengganggu kebersihan masjid. Selain itu, beberapa orang mungkin alergi terhadap bulu hewan.
6. Berpakaian Tidak Sopan
Saat memasuki masjid, kita harus berpakaian yang sopan dan menutup aurat. Pakaian yang ketat, terbuka, atau transparan tidak diperbolehkan.
7. Berteriak Atau Berbicara dengan Suara Keras
sebagaimana hadits Ka’ab bin Malik -radhiyallahu’anhu- yang Muttafaqun ‘Alaihi :
أَنَّهُ تَقَاضَى ابْنَ أَبِي حَدْرَدٍ دَيْنًا كَانَ لَهُ عَلَيْهِ فِي المَسْجِدِ، فَارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُهُمَا حَتَّى سَمِعَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي بَيْتِهِ، فَخَرَجَ إِلَيْهِمَا حَتَّى كَشَفَ سِجْفَ حُجْرَتِهِ، فَنَادَى: «يَا كَعْبُ» قَالَ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «ضَعْ مِنْ دَيْنِكَ هَذَا» وَأَوْمَأَ إِلَيْهِ: أَيِ الشَّطْرَ، قَالَ: لَقَدْ فَعَلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «قُمْ فَاقْضِهِ»
Bahwa ia pernah menagih hutang kepada Ibnu Abu Hadrad di dalam Masjid hingga suara keduanya meninggi yang akhirnya didengar oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berada di rumah. Beliau kemudian keluar menemui keduanya sambil menyingkap kain gorden kamarnya, beliau bersabda: “Wahai Ka’ab!” Ka’ab bin Malik menjawab: “Wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu.” Beliau bersabda: “Bebaskanlah hutangmu ini.” Beliau lalu memberi isyarat untuk membebaskan setengahnya. Ka’b bin Malik menjawab, “Sudah aku lakukan wahai Rasulullah.” Beliau lalu bersabda (kepada Ibnu Abu Hadrad): “Sekarang bayarlah”.
0 Comments